"Obat Tradisional dalam Resep Dokter" |
"Para dokter Indonesia selama ini masih enggan meresepkan obat herbal buat pasien. Padahal, para dokter di beberapa rumah sakit terkemuka di Indonesia sudah membuktikan obat ini bisa melengkapi pengobatan modern".
Data Badan Kesehatan Dunia WHO tabun 2005 menyebutkan, sekitar 75-80% penduduk dunia pernah menggunakan obat herbal. Peluang ini sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh Indonesia yang memiliki beragam bahan alami berkhasiat.
Dalam urusan ini, Indonesia mungkin perlu belajar dari Cina. Negeri itu sejak pertengahan abad XX telah mengintegrasikan pengobatan tradisional dengan kedokteran konvensional. Tidak mainmain, Cina membangun universitas khusus pengobatan tradisional Cina, yaitu Beijing University of Chinese Medicine pada tahun 1956. Di sana, para dokter sudah terbiasa meresepkan obat-obatan tradisional Cina bersamaan dengan resep obat-obat modern. Hasilnya bisa dilihat sekarang, Cina menguasai sekitar 62% pasar obat tradisional di Asia.
Indonesia baru mulai serius menggarap industri obat tradisional dengan metode ihniah sejak tahun 2007 lewat program saintifikasi jamu. "Pcluang herbal untuk masuk dalam sistem kedokteran konvensional secara terintegrasi besar sekali, malah dapat melengkapi kekurangan yang dimiliki obat kimia," ujar dr. Hardhi Pranata Sp.S. MARS, Ketua Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI).
Menurut dr. Aldrin Neilwan MARS, Sp.A (K) dari RS Kanker Dhaimais, obat herbal bisa menjadi alternatif maupun komplemen dari pengobatan modern. Disebut alternatif karena obat herbal bisa menjadi alternatif dari pengobatan modern. Disebut komplemen karena obat tradisional bisa juga melengkapi pengobatan modern. Misalnya, obat herbal untuk kanker yang dikombinasikan dengan teknik radiasi dan kemoterapi.
30 ribu tanaman Menurut pengusaha jamu Martha Tilaar, Indonesia setidaknya memiliki 30 ribu lebih spesies flora yang dapat digunakan sebagai obat. Namun, belum semuanya bisa digunakan secara aman. Dalam keseharian, kita sudah biasa mengkonsumsi lidah buaya, meniran, sambiloto atau temulawak untuk meningkatkan kekebalan tubuh(imunomodulator). Masalahnya, fungsi tanaman itu baru sebatas kepercayaan, belum dibuktikan secara biomedis.
Produk jamu yang beredar di masyarakat saat ini belum banyak yang rnelalui tes klinis Padahal, dokter baru berani meresepkan obat hcrbal kalau obat itu sudah menjalani uji klinis Data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BP0M) menyebutka.n, baru ada enam produk fitofarmaka dan 38 herbal terstandar dari sekitar 8.245 obat tradisional yang beredar di pasar. Berarti, yang bisa digunakan oleh dokter sebagai resep obat baru enam jenis itu.
Masalah lain, tidak semua dokter di Indonesia setuju penggunaan obat herbal sebagai metode penyembuhan. Padahal, obat herbal kategori fitofarmaka jelas-jelas telah mca1ui uji keamanan. Alasan para dokter itu menolak adalah karena cara kerja obat herbal yang dianggap belum jelas.
Pada obat kimia, kandungan zat obat bekerja secara selektif dalam tubuh. Misalnya, antibiotik bekerja membasmi kuman tertentu. Kinerja obat herbal tidak demikian. Tapi justru di sinilah terletak kelebihannya. Obat herbal mengandung banyak unsur dan karenanya bisa mengobati beberapa penyakit sekaligus. "Tentu saja tetap ada efek samping dari penggunaan obat herbal. Tapi, asal digunakan pada orang yang tepat dan dosis yang tepat, obat herbal berfungsi baik, Hardhi menegaskan.
Rumah Sakit Yang Meresepkan Obat Tradisional
RS Kanker Dharmais (Jakarta) RSAL Mintohardjo Oakarta) RSUD Persahabatan Oakarta) RSUD Dr. Sutomo (Surabaya) RSUD. Dr. Kandau (Manado) RSU Sanglah (Denpasar) RSU Dr.Wahidin S. (Makasar) RSU Pirngadi (Medan) RSU Saiful Anwar (Malang) RSO Dr. Soeharso (Solo) RSU Dr. Sardjito (Yogyakarta) RSU Dr. Suradji (Klaten)
Di Indonesia, menurut Hardhi, ada 12 rumah sakit yang telah secara tegas meresepkan obat herbal buat pasien. Rumah-rumah sakit ini menjadi proyek percontohan pengobatan alternatif-pelengkap (complementary-alternative nzedicine). Jika rumah-rumah sakit terkemuka ini sudah meresepkannya, masihkah kita ragu dengan efektivitas dan keamanan obat herbal asli Indonesia?
Obat herbal dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:
- Jamu, yaitu obat asli Indonesia yang ramuan, cara pembuatan, cara penggunaan, pembuktian khasiat dan keamanannya berdasarkan pengetahuan tradisional. Pembuktian khasiat jamu hanya berdasarkan pengalaman atau cerita turun-temurun.
- Obat herbat terstandar, yaitu obat herbal yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah metalui uji praklinis pada hewan coba tapi befum melatui uji pada manusia.
- Fitofarmaka, yaitu obat herbal yang tefah dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinis dan klinis. Bahan bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi.
0 comments:
Post a Comment